Perubahan kurikulum yang terjadi 5 tahun belakangan ini salah satunya ditandai dengan ditiadakannya Ujian Nasional (UN) sebagai salah satu penentu kelulusan bagi siswa sekolah. Bagi guru hal ini tidak menjadi masalah karena guru memang dituntut untuk menyesuaikan perubahan yang terjadi pada setiap pergantian kurikulum. Tetapi sebagai guru, saya melihat adanya perubahan tingkah laku pada murid terutama dalam kegiatan belajar.
Perlu diketahui bahwa belajar merupakan kegiatan yang menjadi kewajiban sekaligus hak murid pada masa sekolah tanpa terbatas ruang dan waktu. Artinya, kegiatan belajar dilaksanakan oleh murid perlu dilakukan baik di kelas atau pun di luar kelas. Perlu juga melakukan kegiatan belajar di rumah, bahkan ada orang tua yang memasukan anaknya ke tempat les supaya maksimal dalam belajar.
Kegiatan belajar menjadi penting pada masa kelulusan ditentukan salah satunya oleh UN. Tanpa dipaksa, murid memiliki motivasi untuk belajar karena alasan supaya lulus sekolah. Kebiasaan belajar ini memberikan dampak jangka panjang bagi murid. Materi yang dipelajari dengan sungguh-sungguh pada suatu jenjang bahkan bertahan sebagai dasar untuk mempelajari materi terkait di jenjang berikutnya.
Setelah UN tidak lagi menjadi penentu kelulusan, saya sebagai guru memperhatikan bahwa motivasi belajar murid tidak lebih besar dibandingkan dengan ketika masih ada UN sebagai penentu kelulusan. Ini mungkin tidak berlaku umum, tetapi sepengamatan saya di tempat saya mengajar sekarang terjadi fenomena seperti ini. Kegiatan belajar hanya sekadar rutinitas mengisi aktivitas siswa di sekolah.
Instruksi dari guru dalam pembelajaran dilaksanakan oleh murid tanpa adanya eksplorasi lebih. Bahkan guru harus sering mengingatkan perlunya belajar kembali di rumah. Entah itu materi yang sudah dipelajari atau pun materi yang kemungkinan akan dipelajari selanjutnya.
Gawai yang seharusnya dimanfaatkan secara maksimal dalam menunjang belajar seolah kehilangan fungsinya. Murid hanya peduli dengan game online dan media sosial. Sedangkan ketika guru melibatkan gawai untuk pembelajaran, murid seolah ingin secepatnya menyelesaikan tanpa peduli dengan apa yang dihadapi. Misal ketika asesmen dilaksanakan melalui gawai, murid dengan segera menyelesaikannya tanpa peduli dengan jawaban yang diberikan.
Pendidikan Gratis
Adanya Bantuan Operasional Sekolah seharusnya memberikan dampak positif terhadap kemajuan pendidikan di Indonesia. Orang tua tidak lagi perlu memikirkan biaya sekolah anaknya. Hal ini tentunya mengurangi beban dan seharusnya orang tua bisa lebih memperhatikan perkembangan anaknya dalam hal pendidikan.
Tetapi mekanisme ini malah membuat beberapa orang tua tidak merasa rugi ketika anaknya bermasalah dalam belajar di sekolah. Tidak ada lagi tuntutan dari orang tua perihal perkembangan anaknya di sekolah. Bahkan ketika anaknya mengalami penurunan dalam hal belajar, orang tua mewajarkannya. Berbeda dengan ketika orang tua terlibat langsung dalam pembiayaan pendidikan anaknya. Sering keluar kalimat dari orang tua seperti "Kamu sekolah yang bener, Ayah/Ibu sudah bayar untuk sekolahmu".
Ini terjadi akibat kurangnya peran orang tua dalam memantau bagaimana perkembangan anak di sekolah. Padahal, tanpa adanya biaya sekolah seharusnya menyadarkan orang tua bahwa begitu pentingnya pendidikan sehingga negara memberikan pendidikan gratis bagi murid yang bersekolah. Peran sebagai orang tua adalah memastikan bahwa pendidikan anaknya terlaksana dengan baik sehingga mendapat manfaat untuk masa depan anaknya supaya lebih baik.
Sebagai penutup tulisan ini, sebagai guru saya memiliki harapan yang tinggi terhadap pemerintah dalam menyusun sistem pendidikan. Perlu adanya kajian yang melibatkan banyak pihak dalam menyusun kurikulum, tidak cukup hanya mengandalkan kalangan tertentu saja. Supaya maksimal harus juga melibatkan murid sendiri sebagai subjek pendidikan dan orang tua murid yang menjadi komponen penting dalam pendidikan generasi muda Indonesia di keluarga. Karena bangsa akan kuat jika diperkuat mulai dari keluarga.
Oleh Opan
Dipostkan January 31, 2024
Seorang guru matematika yang hobi ngeblog dan menulis. Dari ketiganya terwujudlah website ini sebagai sarana berbagi pengetahuan yang saya miliki.
Diskusi di twitter @sopandiahmad