Menjalani profesi sebagai guru merupakan cita-cita saya sejak menjelang lulus SMA. Saya tetap pada pendirian saya untuk memilih UPI sebagai tempat belajar berikutnya setelah lulus SMA. Walaupun guru saya yang menganggap saya siswa pintar mempertanyakan pilihan saya. Kenapa jadi guru? Gak milih teknik? Atau sekolah kedinasan? Saya dengan yakin menjawab "Saya ingin jadi guru, Pak".
Alhamdulillah saat ini saya sudah menjadi guru, istilah lainnya pendidik yang merupakan fragmen dari PTK (Pendidik dan Tenaga Kependidikan). Walaupun berstatus sebagai PTK Non ASN (artinya guru bukan PNS), saya tetap senang menjalani keseharian sebagai guru karena memang sudah menjadi pilihan saya.
Saya menjadi guru bukan karena ingin penghasilan. Tetapi untuk bisa tetap menjalankan profesi sebagai guru, saya butuh penghasilan.
Tahun ini merupakan tahun kedua saya menjadi PTK Non ASN Provinsi Kepulauan Riau. Saya mulai mengikuti rekruitmen di tahun sebelumnya secara masal bersama lebih dari 1500 PTK lainnya.
Kenapa saya tidak jadi PNS? Alasannya sederhana. Kuota yang tersedia sangat sedikit dibanding dengan peminat yang mendaftar menjadi guru PNS. Saya kalah di kompetisi. Saya tidak fasih memahami kompetensi wawasan kebangsaan, karena bidang saya adalah matematika.
Dua tahun yang lalu saya menandatangani MoU dengan Dinas Pendidikan Kepri. Di sana tertulis bahwa setiap bulannya saya diberi honor Rp1.000.000,00 (SATU JUTA).
BAYANGKAN!!! SEBULAN KERJA DIBAYAR SATU JUTA.
Sampai kepala sekolah saya saja bilang, uang satu juta sepuluh hari juga langsung habis.
Untungnya pihak sekolah berbaik hati dan menggenapi penghasilan saya agar layak disebut sebagai PENGHASILAN.
Di tahun kedua ini, nilai yang diberikan perbulannya masih sama, yaitu satu juta. Tapi yang jadi permasalahan adalah proses distribusi honor dari tahun ke tahun selalu mengalami keterlambatan. Pada saat saya membuat tulisan ini saja, saya belum mendapat penghasilan yang harusnya dibayarkan perbulan terhitung sejak Januari.
Saya sangat kecewa dengan pelayanan publik di Provinsi ini dan di Indonesia pada umumnya. Entah mungkin karena kami tidak dianggap penting sehingga hal yang menyangkut kami bisa dikesampingkan dan ditunda begitu saja.
Walau bagaimana pun, saya tetap menyempatkan hadir di kelas melaksanakan pembelajaran
Saya yakin bahwa tidak hanya saya yang mengalami ini.
Rejeki itu dari Allah, penyampaiannya melalui tangan manusia. Saya mencoba untuk berpikir positif bahwa keterlambatan ini mungkin bisa membuka pintu rejeki lainnya. Semoga para guru di Indonesia dengan status apa pun diberikan keberkahan melalui penghasilannya.
Oleh Opan
Dipostkan April 03, 2018
Seorang guru matematika yang hobi ngeblog dan menulis. Dari ketiganya terwujudlah website ini sebagai sarana berbagi pengetahuan yang saya miliki.
Diskusi di twitter @sopandiahmad